Thursday, September 23, 2010

Pemenang ARA 2009


Penganugerahan Annual Report Award 2009 berlangsung megah di Ballromm 1 Ritz Carlton Pacific Place kemarin malam, 22 September 2010. ARA kali ini diselenggarakan untuk yang ke 9 kalinya dan diikuti oleh 176 perusahaan. Juri ARA yang terdiri dari 17 orang berasal dari berbagai unsur yakni Pemerintah, Akademisi, Pengamat Bisnis dan tentunya perwakilan dari Ikatan Akuntan Indonesia yang diwakili oleh ketua DSAK, Rosita Uli Sinaga.

Acara berlangsung meriah dibuka dengan tari-tarian paduan tari modern dan tradisional. Beberapa selingan musik diantara pengumuman juga elegan dan sangat indah terdengar. Tampak hadir pada malam itu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Ketua Bapepam, Direktur Bursa, Meneg BUMN dan petinggi-petinggi perusahaan yang dinominasikan dalam acara tersebut.

Berikut ini adalah nama-nama pemenang ARA

1. Juara Umum : Perusahaan Gas Negara, Tbk
2. Kategori BUMN/BUMD Keuangan Listed: Bank Mandiri, Tbk
3. Kategori BUMN/BUMN Keuangan Non Listed: BPD Jatim
4. Kategori BUMN/BUMD Non-Keuangan Listed : Perusahaan Gas Negara, Tbk
5. Kategori BUMN/BUMN Non Keuangan Non listed: PT. Garuda Indonesia
6. Kategori Private Non keuangan Listed: PT. Elnusa. Tbk
7. Ketagori Private Non Keuangan Listed: PT. Petrokimia Gresik, Tbk
8. Kategori Private Keuangan Listed : PT. Adira Dinamika Multifinance, Tbk
9. Kategori Private Keuangan Non Listed : PT. Bank Syariah Mandiri

Yang cukup menarik untuk kategori private keuangan listed, PT. Adira berhasil mengalahkan Bank Permata dan Bank CIMB Niaga yang masing-masing meraih posisi ketiga dan kedua. Sedangkan untuk kategori BUMN/BUMD keuangan non listed, BPD Jatim juga membuat kejutan karena berhasil menggeser PT. Jamsostek, juara kategori tersebut tahun sebelumnya ke posisi juara dua.

Ketua Dewan Juri Mar'ie Muhammad menegaskan bahwa terdapat peningkatan penerapan GCG pada para peserta ARA dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan Menteri Keuangan Agus Martowardojo pada sambutannya sebelum menyerahkan hadiah umum mengajak semua pihak agar semakin banyak peserta yang dapat mengikuti ARA tahun depan. Menkeu juga menyampaikan harapannya agar semakin banyak BUMN yang menjadi perusahaan publik. "Saat ini ada 16 BUMN yang listed, insya Allah tahun depan ada 2 lagi dan kemudian disusul 7 perusahaan BUMN lagi."

Selamat untuk semua pemenang ARA 2009!!!

Keterangan gambar: Ketua Dewan Juri Mar'ie Muhammad, Menkeu Agus Martowardoyo dan Meneg BUMN Mustafa Abubakar berfoto bersama Direksi dan Komisaris PT. Perusahaan GAs Negara, Tbk, Juara umum ARA 2009

Wednesday, September 08, 2010

Selamat Jalan DR. Arif Arryman: Salah Satu Pendekar Konvergensi IFRS Telah Berpulang

DR. Arif Arryman telah tiada. Beliau berpulang ke hadapan Illahi Selasa, 7 September pukul 15.30 karena serangan jantung.

Saya sudah sering mendengar namanya sejak dulu, tapi baru berkesempatan bertemu dengan Pak Arif Arryman pada AOSSG meeting di Malaysia 4-5 Novermber 2009. Waktu itu dari seluruh delegasi Indonesia, saya yang berangkat paling telat (menghemat biaya akomodasi juga), sementara rombongan yang lain sudah tiba sehari sebelum rapat dimulai. Ternyata ada obat-obatan Pak Arif yang tertinggal. Keluarganya menitipkan kepada saya untuk disampaikan kepada beliau.

Di Malaysia, saya ternyata duduk diapit sebelah kiri Bapak Sudiro Asno (CFO Telkom) dan disebelah kanan saya Pak Arif Arryman. Tentunya kita berkenalan dan bertukar kartu nama. Tak lupa beliau mengucapkan terima kasih atas titipan obatnya. Kesan pertama Pak Arif Arryman sangat ramah dan sangat passionate tentang IFRS convergence di Indonesia. Waktu itu beliau berkepala plontos dan badannya kurus, belakangan baru saya tahu, mungkin itu akibat kemoterapi yang harus dijalani beliau.

DR Arif Arryman adalah komisaris independen PT. Telkom Indonesia, Tbk. Sebelumnya beliau adalah advisor di Econit dan banyak menjadi advisor menteri sebagai think thank pengambil kebijakan. Beliau juga anggota DKSAK IAI (Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan) dan juga ketua TIM Implementasi IFRS di Kementrian BUMN.

Pertemuan saya kedua dengan Pak Arif adalah di Binus University mungkin sekitar sebulan - dua bulan sejak bertemu di KL. Saya membantu Binus mendatangkan Pak Arif untuk sharing dengan mahasiswa Binus mengenai lika liku proses konvergensi IFRS di Telkom. Awalnya cukup pesimis beliau mau hadir karena cukup mendadak dan saya tahu pasti beliau luar biasa sibuk. Ternyata beliau dapat hadir, dan presentasinya (dalam bahasa inggri) luar biasa inspiring dan sangat informatif. Di sela-sela coffee breaks kembali kita banyak ngobrol tentang kendala-kendala konvergensi IFRS di Indonesia. Beliau terlihat sangat concern mengenai kesiapan SDM di Indonesia. Penampilan beliau tidak jauh berbeda, kepala plontos dan kurus, tapi entah mengapa tetap terlihat gagah di mata saya. Semangatnya terlihat membara ketika membicarakan konvergensi IFRS. "Mbak Ersa, kalau Telkom sih cukup mampu untuk menghire consultan, atau mendidik para pegawai kita tentang IFRS, tapi bagaimana dengan perusahaan yang lain?" demikian keluh beliau dalam diskusi saat itu.

Pertemuan ketiga yakni ketika beliau menjadi pembicara di acara International Conference IAI bulan Mei 2010. Kalau tidak salah beliau adalah salah satu panelis sessi sore. Saya sempat tidak mengenali karena beliau terlihat gemuk dan rambutnya lebat. Juga wajah dan kulitnya terlihat lebih cerah. Pada saat itu salah satu anggota DSAK berbisik kepada saya, "wah mungkin Pak Arif bisa melawan kanker yang dideritanya ya. Wajahnya terlihat cerah." Saat itu baru saya tahu beliau memiliki kanker, tapi saya juga tidak tahu kanker apa. Beliau sangat rendah hati, ketika saya minta untuk makan siang di ruangan VIP bersama pembicara yang lain, beliau menolak halus, "nggak pa-pa mbak, saya ikutan ngantri aja di sini." katanya sambil mengantri makan siang bersama peserta lainnya.

Kemudian beberapa kali kita bertemu dalam aneka kesempatan tapi tidak sempat ngobrol banyak. Terakhir pertemuan saya dengan beliau adalah tanggal 1 September 2010, hari Rabu pagi pada saat rapat regulator forum di Bapepam, hanya 6 hari sebelum kepergian Beliau menghadap sang Khalik. Beliau datang sebagai ketua tim implementasi IFRS BUMN. Dengan lantang beliau memaparkan langkah-langkah yang seharusnya diambil regulator dalam menghadapi konvergensi IFRS ini. Beliau juga menegaskan pentingnya Regulator untuk merevisi peraturan-peraturannya agar tidak membuat bingung perusahaan, terutama peraturan yang bertabrakan dengan IFRS yang sudah diadopsi IAI dan akan segera berlaku efektif.

Saya sungguh terkejut mendengar berita kematian beliau kemarin malam. Apalagi ketika bertemu di Bapepam beliau tampak sehat.

Selamat Jalan Pak Arif Arryman.... Salut untuk perjuangan Bapak dan semangat Bapak dalam rangka konvergensi IFRS di Indonesia. Setelah kepulangan beliau banyak diberitakan di media internet, saya baru sadar ternyata ulang tahun saya sama dengan beliau yakni 3 Februari.

Semua perjuangan Bapak pastinya akan meninggalkan buah yang manis di kemudian hari. Rest in Peace DR. Arif Arryman.


Bandung, 8 September 2010.

Friday, September 03, 2010

Public Hearing DSAK-IAI 30 Agustus 2010

Masih dalam rangkaian konvergensi IFRS 2012, DSAK-IAI kembali melakukan public hearing yang keempat kalinya pada tahun 2010. Public hearing yang dilaksanakan di Financial Hall, Graha Niaga ini memaparkan 3 buah exposure draft dan 2 interpetasi. Semua exposure draft yang dikeluarkan akan berlaku efektif pada tahun 2012 dan semuanya merupakan adopsi dari standar akuntansi internasional IFRS.

Daftar exposure draft Public Hearing 30 Agustus

ED PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan
ED PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
ED ISAK 18: Bantuan Pemerintah-Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi
ED ISAK 20: Pajak Penghasilan-Perubahan dalam Status Pajak Entitas Para Pemegang Sahamnya.


Public hearing dihadiri kurang lebih 200 peserta dari berbagai lapisan masyarakat. Anggota DSAK yang hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Jumadi, Budi Susanto, Setiyono Miharjo, Liauw She Jin, Sylvia Veronica dan Saptoto Agustomo. Acara dimulai pada pukul 1 siang oleh moderator yakni Sylvia Veronica, anggota DSAK perwakilan akademisi dari Universitas Indonesia. Pemaparan pertama adalah mengenak ED PSAK 61 Hibah Pemerintah yang dijelaskan oleh Pak Setiyono Miharjo dan langsung mendapatkan tanggapan dari para peserta yang hadir.

Husein dari BPKP misalnya menanyakan bagaimana kalau Pemerintah menerima hibah dari organisasi asing kemudian disalurkan ke pemerintah daerah dan kemudian oleh pemerintah daerah disalurkan kembali dan seterusnya. DSAK menjawab bahwa standar akuntansi ini hanya akan berlaku untuk entitas komersial dan bukan entitas pemerintah yang memiliki pengaturan berbeda sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Akbar dari PT. MRT juga menanyakan bagaimana bila yang dihibahkan adalah hak pengelolaan, bukan asetnya, bagaimana mencatat hak ini di dalam laporan keuangan. DSAK menjawab bahwa hal tersebut harus dilihat substansinya karena dapat saja nantinya menggunakan PSAK atau ISAK lain seperti ISAK 16 Perjanjian Konsesi Jasa. Namun masukan dari PT.MRT akan menjadi perhatian DSAK dan mungkin akan dilakukan diskusi selanjutnya setelah kegiatan public hearing.

Akuntansi untuk hibah pemerintah ini memang standar baru yang sebelumnya belum pernah ada sehingga mampu menarik perhatian para peserta public hearing. Begitu juga dengan ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi yang juga merupakan suatu standar baru yang belum pernah ada sebelumnya di dalam PSAK. ED PSAK 63 menjelaskan bagaimana perusahaan melakukan pencatatan akuntansi dalam keadaan perekonomian yang hiperinflasi. “Semoga PSAK ini tidak perlu digunakan di Indonesia karena kita tidak mengharapkan Indonesia mengalami hiperinflasi seperti di Zimbabwe misalnya.” ujar Jumadi, anggota DSAK yang memaparkan ED PSAK ini.

ED PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah menjelaskan kapan dan bagaimana suatu entitas dapat mengakui hibah atau bantuan pemerintah. Pertanyaan-pertanyaan berikutnya datang dari Hartono, anggota Majelis Kehormatan IAI mengenai apakah hibah langsung dapat diakui sebagai modal dan dapat dibebaskan dari Pajak. Tomi dari PT. Surveyor Indonesia menanyakan apakah hibah dapat diakui sebagai piutang dan Eko dari BPKP menanyakan mengenai biaya-biaya yang timbul dari mendapatkan hibah apakah dapat dikapitalisasi atau harus segera dibebankan. Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh anggota DSAK.

Pemaparan mengenai ED PSAK 46 Pajak Penghasilan juga mampu menarik perhatian. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh anggota DSAK kepada peserta public hearing ditanggapi dengan hangat. Suhartati dari KAP Suhartati dan rekan menanggapi bahwa pengaturan mengenai pajak final sebaiknya tetap ada dalam PSAK 46. Tanggapan juga muncul dari perwakilan Direktorat Jendral Pajak dan juga dari PT. Surveyor Indonesia.

Public hearing selesai pada pukul 15.30 dengan tanggapan terakhir dari salah satu peserta bahwa DSAK sebaiknya membuat buku panduan PSAK dengan bahasa yang lebih mudah dipahami. “Bahasa PSAK sangat sulit untuk dicerna dan mohon juga banyak memberikan contoh-contoh yang relevan” demikian masukannya yang nampaknya disetujui oleh beberapa peserta lain yang hadir. Setelah kegiatan public hearing selesai, acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama pengurus IAI beserta Dewan Standar (baik DSAK dan DSAS) juga tim implementasi IFRS.

Semua exposure draft yang dibagikan dalam kegiatan public hearing kali ini dapat diunduh dari situs web IAI secara gratis dan komentar publik dinantikan sampai tanggal 30 Oktober 2010. Rangkaian public hearing tahun 2010 belumlah selesai karena DSAK berencana akan membuat satu atau dua public hearing lagi sebelum penghujung tahun 2010 untuk menuntaskan program kerja DSAK konvergensi IFRS tahun 2012.